Setelah Menerima KUR, Penjual Parfum Menjadi Jutawan

Beberapa tahun silam, pria bernama Abdul Rizal Saragih ini punya teman dekat seorang wanita yang berbisnis parfum. Darinyalah kemudian Abdul mulai mengetahui lika-liku kerja menjalankan usaha wewangian itu. Lalu dicobanya jadi reseller (pengecer) parfum di luar rutinitas kuliah dan pekerjaannya yang ketika itu sebagai Call Centre Flexi. Pelan-pelan bisnis parfum semakin difokusinya hingga akhirnya kini penghasilannya lumayan "harum". Dari ketiga toko parfumnya, setidaknya dia bisa meraup omzet sekitar Rp 60 juta per bulan.



Seorang pakar ekonomi Islam, Safii Antonio, mengatakan, "money is not number one capital in business, the number one capital in business is trust (uang bukan modal utama dalam berbisnis melainkan adalah kepercayaan). Teori ini, menurut Abdul, jika diterapkan terbukti benar adalnya.

Berbisnis parfum sejak usia muda

Di usianya yang baru menginjak 25 tahun, kini dia sudah menjadi salah satu pebisnis parfum di Kota Medan. Selain semangat dan keyakinan berusaha, perjuangannya dalam berbisnis wewangian ini adalah selalu menjaga kepercayaan konsumen.

Salah satu caranya yaitu kerap memberikan promosi diskon harga dengan tetap menjaga kualitas aroma parfum yang dijualnya.

Baginya tidak masalah mendapat untung sedikit tapi banyak pembeli ketimbang laba banyak namun pembeli sedikit sehingga bisa membuat bisnis tidak berjalan efektif.Mengapa sampai tertarik dengan bisnis ini, Abdul pun bercerita kepada Medan Bisnis.

Usaha ini benar-benar dimulainya dari nol. Dari gaji sebagai Call Centre, setiap bulan tak lupa disisihkan sebagian untuk ditabung. Sementara side job sebagai re-seller parfum tetap dilakoninya.

Dari tabungannya itu terkumpulah uang sebanyak Rp 15 juta. Namun setelah dihitung-hitungnya, uang itu hanya cukup untuk membeli 60-an jenis aroma parfum. Sedangkan untuk menjualnya nanti dia harus menyewa tempat. Solusinya, terpaksalah dia gadaikan BPKB sepeda motornya agar mendapat pinjaman dari bank melalui proses.

Mendapat pinjaman KUR

Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dari sana dia mendapat pinjaman sebesar Rp 15 juta. Dengan total modal Rp 30 juta itulah kemudian disewanya toko berukuran 2 x 2,5 meter di Jalan Alfalah No 10 Medan.
Di lokasi yang tak jauh dari kampus UMSU itulah, pada tahun 2013 awalnya Abdul membuka toko wewangian yang dia namakan Fresh Parfum. Direkrutnya satu orang pekerja untuk membantu-bantunya di toko itu.

Pada 3 bulan pertama, bisnisnya mulai tampak ada perkembangan. Memasuki bulan keempat, modal awal biss sebesar Rp 30 juta sudah bisa kembali.

Bahkan setelah 6 bulan berjalan, dia mampu membuka cabang baru tokonya di kawasan Pasar Teladan (Pastel), samping Kampus ITM, Jalan Gedung Arca Medan. Tak hanya itu, 6 bulan berikutnya, dibukanya lagi toko parfum di Jalan Mukhtar Basri.

Konsumen dan pelanggan parfumnya dari berbagai kalangan. Mayoritas dari kalangan pelajar, mahasiswa dan karyawan. "Kalau dulu parfum ini kesannya untuk kalangan menengah ke atas saja karena harganya ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Tapi kalau sekarang dengan munculnya kualitas parfum refil, dengan harga terjangkau, semua kalangan bisa memakainya, bahkan abang becak sekalipun memakai parfum. Aroma parfum refil hampir tidak jauh beda dengan parfum original. Karena bisa dijangkau berbagai kalangan itulah, makanya usaha ini bisa berkembangan dan hasilnya menggiurkan," papar Abdul.